[KONGRES II IKOHI] Pesan Solidaritas dari AMAN
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara
Jl. B No. 4 Rt 01 Rw 06 Rawa Bambu Satu , Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520, Indonesia. Telp./Fax. +62 –21- 7802771, E-mail: rumahaman@cbn.net.id web: www.aman.or.id
MEMPERKUAT ORGANISASI UNTUK
MENUNTASKAN KASUS PENGHILANGAN ORANG SECARA PAKSA
DEMI MASA DEPAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Sejak 1965 hingga saat ini paling tidak terdapat ribuan kasus orang hilang di Indonesia. Mereka yang hilang umumnya masyarakat, mahasiswa atau aktivis yang bersuara lantang mengkritik kebijakan pemerintah.
Kasus penghilangan orang secara paksa bukan hanya terjadi Indonesia. Sejak 1971 telah terjadi sedikitnya 1.170 kasus penghilangan orang secara paksa di Filipina. Kasus itu terjadi pada saat Filipina di bawah rezim Marcos, Aquino, Ramos, Estrada, hingga Arroyo. Sebagian besar mereka yang hilang adalah petani, buruh, mahasiswa, serta kalangan gereja yang menentang keras sikap otoriter penguasa. Di Sri Lanka bagian selatan, peristiwa serupa menimpa sekitar 60.000 orang. Semua itu terjadi akibat perang yang berkecamuk antara tentara pemerintah dengan tentara pembebasan Macan Tamil. Di Argentina, tidak kurang dari 30.000 kasus penghilangan paksa menimpa aktivis, termasuk anak-anak. Demikian pula di Pakistan, El Savador, serta sejumlah negara di Afrika dan Eropa Timur.
Tidak bisa dipungkiri penghilangan paksa adalah fenomena internasional. Mengungkap kasus pembunuhan dan penghilangan paksa tidak mudah. Keluarga korban posisinya serba rentan, baik dalam hal finansial, pengorganisasian, maupun jaringannya. Namun, solidaritas keluarga korban bisa dijadikan benteng terakhir mendorong tegaknya hukum dan keadilan bagi para korban.
Di Indonesia, keluarga korban dari beberapa kasus penghilangan orang secara paksa, secara terus-menerus mencoba menjebol tembok angkuh yang melindungi para pelaku dan menutupi kasus demi kasus untuk tidak diungkap. Semangat it uterus dikobarkan walau tidak ada jaminan perjuangan keluarga korban akan membuahkan hasil nyata.
Hinggga saat ini berbagai upaya tersebut sangat sulit terwujud tanpa adanya kemauan politik pemerintah. Upaya menyelesaikan praktik penghilangan orang secara paksa nampaknya masih akan terbentur berbagai kendala.
Inilah tugas berat IKOHI, sebagai organisasi yang menyatukan ikatan solidaritas para keluarga korban penghilangan paksa di Indonesia. Sebuah tugas mulia yang tak mudah untuk dituntaskan. Penguatan dan konsolidasi organisasi, baik secara internal maupun eksternal, dapat diajukan sebagai sebuah alternatif untuk menjawab semua persoalan dan kebutuhan organisasi guna mencapai harapan yang diinginkan.
Meskipun demikian, sejarah akan mencatat, perjuangan mahasiswa, aktivis, ataupun sekedar masyarakat biasa yang tewas atau dihilangkan secara paksa karena keberanian mereka mengkritisi kebijakan pemerintah, tidaklah sia-sia. SELAMAT BERKONGRES!!
Jakarta, 6 Maret 2006
Salam,
SEKRETARIAT NASIONAL AMAN
Jl. B No. 4 Rt 01 Rw 06 Rawa Bambu Satu , Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520, Indonesia. Telp./Fax. +62 –21- 7802771, E-mail: rumahaman@cbn.net.id web: www.aman.or.id
MEMPERKUAT ORGANISASI UNTUK
MENUNTASKAN KASUS PENGHILANGAN ORANG SECARA PAKSA
DEMI MASA DEPAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Sejak 1965 hingga saat ini paling tidak terdapat ribuan kasus orang hilang di Indonesia. Mereka yang hilang umumnya masyarakat, mahasiswa atau aktivis yang bersuara lantang mengkritik kebijakan pemerintah.
Kasus penghilangan orang secara paksa bukan hanya terjadi Indonesia. Sejak 1971 telah terjadi sedikitnya 1.170 kasus penghilangan orang secara paksa di Filipina. Kasus itu terjadi pada saat Filipina di bawah rezim Marcos, Aquino, Ramos, Estrada, hingga Arroyo. Sebagian besar mereka yang hilang adalah petani, buruh, mahasiswa, serta kalangan gereja yang menentang keras sikap otoriter penguasa. Di Sri Lanka bagian selatan, peristiwa serupa menimpa sekitar 60.000 orang. Semua itu terjadi akibat perang yang berkecamuk antara tentara pemerintah dengan tentara pembebasan Macan Tamil. Di Argentina, tidak kurang dari 30.000 kasus penghilangan paksa menimpa aktivis, termasuk anak-anak. Demikian pula di Pakistan, El Savador, serta sejumlah negara di Afrika dan Eropa Timur.
Tidak bisa dipungkiri penghilangan paksa adalah fenomena internasional. Mengungkap kasus pembunuhan dan penghilangan paksa tidak mudah. Keluarga korban posisinya serba rentan, baik dalam hal finansial, pengorganisasian, maupun jaringannya. Namun, solidaritas keluarga korban bisa dijadikan benteng terakhir mendorong tegaknya hukum dan keadilan bagi para korban.
Di Indonesia, keluarga korban dari beberapa kasus penghilangan orang secara paksa, secara terus-menerus mencoba menjebol tembok angkuh yang melindungi para pelaku dan menutupi kasus demi kasus untuk tidak diungkap. Semangat it uterus dikobarkan walau tidak ada jaminan perjuangan keluarga korban akan membuahkan hasil nyata.
Hinggga saat ini berbagai upaya tersebut sangat sulit terwujud tanpa adanya kemauan politik pemerintah. Upaya menyelesaikan praktik penghilangan orang secara paksa nampaknya masih akan terbentur berbagai kendala.
Inilah tugas berat IKOHI, sebagai organisasi yang menyatukan ikatan solidaritas para keluarga korban penghilangan paksa di Indonesia. Sebuah tugas mulia yang tak mudah untuk dituntaskan. Penguatan dan konsolidasi organisasi, baik secara internal maupun eksternal, dapat diajukan sebagai sebuah alternatif untuk menjawab semua persoalan dan kebutuhan organisasi guna mencapai harapan yang diinginkan.
Meskipun demikian, sejarah akan mencatat, perjuangan mahasiswa, aktivis, ataupun sekedar masyarakat biasa yang tewas atau dihilangkan secara paksa karena keberanian mereka mengkritisi kebijakan pemerintah, tidaklah sia-sia. SELAMAT BERKONGRES!!
Jakarta, 6 Maret 2006
Salam,
SEKRETARIAT NASIONAL AMAN
0 Comments:
Post a Comment
<< Home